Sendiri


Belakangan ini sering aku merasa bahwa hidupku memang ditakdirkan untuk sendiri. Ada banyak alasan untuk itu, seperti aku benar – benar lahir tanpa bantuan medis, dukun bayi sekalipun. Aku hampir tidak memiliki kawan yang benar – benar aku anggap sebagai kawan sejati. Sedari taman kanak – kanak aku sudah mencoba untuk mencarinya.
Sampai sekarang rasanya aku tidak bisa menemukannya. Di sekolah aku tidak terlalu menganggap temanku benar – benar bisa menjadi teman yang aku percaya, atau sebaliknya aku berusaha mempercayai semua orang, tapi semua orang mengecewakanku. Pada akhirnya jalan kesendirian adalah jalan yang benar – benar bisa menemaniku. Mungkin hanya ibuku saja yang benar – benar berusaha selalu menemaniku. Sayang semua itu baru aku sadari setelah beliau sudah tiada. Menyesal aku terlalu sering mengecewakan beliau, memang benar beliau juga sering mengecewakanku, tapi itu bukan alasanku untuk membalas beliau dengan mengecewakan beliau. Lebih banyak kekecewaan yang telah aku buat karena keegoisan yang aku miliki.

Sekarang dengan ketiadaan beliau aku merasa tidak memiliki siapa – siapa lagi yang mampu aku sayangi dengan sungguh. Kedua adikku tidak akan bisa seperti beliau, mereka bisa aku sayangi, tapi aku masih ragu apa mereka bisa memberikan aku kasih sayang seperti ibuku? Istri? Entah takdir atau doa ibu atau kutukan yang aku terima, aku masih belum menikah diumur yang sudah setua ini. Apa aku menyesal saat ini? Rasanya tidak. Mungkin benar juga, lelaki yang telah menua lebih dari 27 tahun mereka telah stabil dengan pilihan hidupnya, dan standard perempuan yang mereka inginkan akan semakin tinggi. Tetapi rasanya standard perempuan yang aku inginkan tidak terlalu tinggi. Mungkin, rasanya memang sangat tinggi, paham kondisi keadaan finansialku, finansial keluargaku, keidealisan hidupku, ke keraskepalaanku. Rasanya memang itu semua sudah terlalu tinggi. Tapi biarlah, mungkin karena aku merasa ajalku semakin dekat, aku merasa tidak penting lagi memiliki istri. Lagipula sangat jahat jika aku merasa sebentar lagi meninggal malah mencoba membohongi istri dengan menikahinya dan meninggalkannya pergi dengan mati. Sangat tidak Luki sekali.
Kesendirianku tidak pernah membuat aku tertekan atau apapun.
Jika aku mati tolong antarkan aku kekuburku, dan ziarahi kuburku setiap kalian ingat diriku.
Teruntuk mereka yang merasa menyayangiku dan membaca tulisan ini.


Luki Subandi

Komentar