Popularitas di Media Sosial

Apa yang ada di dalam kepala saya tidak penting bagi kebanyakan orang lain, karena bagi mereka mereka hanya menginginkan persetujuan saya atas pemikiran mereka. Mereka tidak akan menyukai pemikiran saya yang bertentangan dengan mereka. Jangankan bertentangan kadang berbeda saja membuat mereka tidak senang. Disinilah saya merasa kasihan dengan beberapa publik figur Medsos yang menginginkan menjadi artis di dunia maya. Hal ini saya asumsikan karena mereka menginginkan disukai banyak orang. Karena hal itu mereka menjadi diri yang disukai banyak orang.

Bagi perempuan semua hal ini menjadi lebih mudah cukup mengumbar aurat, maka beberapa orang bejad akan memuja mujinya (indikasinya dengan like). Bagi mereka yang berjilbab tidak terlalu ribet, cukup pasang photo profile wajah mereka yang cantik maka orang normal pasti akan menyukai wajah cantiknya (baik perempuan atau laki-laki secara fithrah mereka akan mengagumi keindahan). Bagi mereka yang beridealisme muslim fundamentalis (maaf saya memakai kata ini yang sebenarnya tabu) mereka akan menjaga diri mereka dari terlihatnya muka (apalagi aurat) oleh orang lain. Hal ini membuat mereka lebih sulit utuk dikagumi karena hanya segelintir pria yang paham istimewanya mereka. Sangat disyukuri orang-orang seperti ini kebanyakan mereka tidak menghabiskan banyak waktu di media sosial. Mereka adalah kaum berhijab syar'i, kaum ini banyak menghabiskan waktu untuk hal yang bermanfaat. Bukan, bukan saya bilang Media sosial tidak bermanfaat, tetapi sangat sedikit orang yang bisa mengambil manfaat darinya, kebanyakan adalah membuang waktu, orang mubadzir kawannya siapa? ya syaithan.
Naik level berikutnya perempuan-perempuan tidak akan berhenti dilangkah fisik, mereka akan mencoba menarik perhatian dengan pola pikir yang mereka yakini akan menarik perhatian publik, misal mengunggah masalah asmara pribadi mereka di media sosial, hal ini akan menjadikan rating mereka dimata laki-laki yang kurang penjagaan meningkat. Bagi sebagian orang ini bukan masalah, tapi bagi saya ini masalah besar. Bagi yang sudah beristri, pria yang suka melihat profil atau update status dari perempuan lain ini melangkah menuju fithnah. Bagaimana tidak rasulullah saja mengingatkan didalam perang fisabilillah kepada seorang lelaki yang menatap seorang wanita untuk pulang dan menemui istrinya. Kenapa semua itu disarankan oleh rasulullah? ya karena laki-laki ini fithrahnya suka menumpahkan rasa cintanya sembarang tempat. Kalua ga dibatasi ya bisa bahaya.
Tahap publik figure yang memang baik adalah mereka yang pola pikirnya membangun, semisal memotivasi, memberi manfaat pada bidang masing-masing. misal orang yang sudah dikagumi dalam bidang kepemimpinan. Orang-orang ini publik figure yang memang tidak perlu dipertanyakan lagi.
Berikutnya saya tidak sempat membahas laki-laki karena saya tidak pernah memperhatikan laki-laki kegantengan atau kegeitan. karena saya memang tidak tertarik. Jadi untuk bab ini saya serahkan kepada pegamat perempuan untuk memberi tambahan.
Bagi saya publik figure seperti Kang Rendi S (sekarang sedang di training langitan) Kang Yusuf (ga tahu dimana) itu publik figure yang memang bagus. Yang jelas ulama seperti KH Arifin ilham, KH Abdullah Gymnastiar, KH Yusuf Mansyur (dan ulama yang kebetulan sedang banyak dibicarakan masa-masa ini KH Ma’ruf Amin) ga usah dipertanyakan kepublik figurannya.
Saya sendiri? saya cuman mau membagi cara kerja otak saya bagi anda yang ingin menasehati silahkan. tapi kalau ingin diterangkan lebih lanjut, tunggu saya jadi orang super baik ya.
Bandungnya Allah, 6 Jumadil Ula 1438H



Muslim Urakan


Komentar