Kebetulan saya beberapa saat lalu menemukan
sebuah gambar di News feed FB. Jelas sekali postingan ini dari fraksi tertentu
sejahtera. Tetapi point yang ingin saya sampaikan bukanlah hal itu. yaitu
mempertanyakan kemugkinan lain. Kenapa bisa terjadi hal seperti itu?
Kenapa postnya berbunyi seperti ini? Mengapa dipertanyakan
perjuangan para Dewan Perwakilan Rakyat? Padahal kita tidak perlu heran mengapa
perwakilan rakyatnya tidak melayani rakyat, melayani kebutuhan rakyat. Ya karena
mereka sendiri dipilih dari rakyat. Berarti mencerminkan rakyat tersebut. Karena rakyatnya juga sama seperti dewan perwakilan
rakyatnya, maka seharusnya tak perlu lagi dipertanyakan. Sebenarnya
hipotesis saya mengenai hal memperjuangkan islam dan ummatnya banyak sekali. Pertama bisa jadi anggota DPR yang
lain juga memperjuangkan ummat tapi menurut hitung hemat saya tidak akan
melebihi 10 % dari kursi total. Kenapa? ya karena tidak lebih dari 10% manusia indonesia yang sekitar
86% ngaku di berKTP muslim mau untuk mensejahterakan masjid, mau untuk
mengurursi tuna wisma (gelandangan bahasa gaulnya) mau untuk merawat
tetangganya yang miskin, mau untuk merawat anak yatim, mau untuk membiayai
orang yang sedang menuntut ilmu, mau untuk membantu orang yang sedang
perjalanan jauh (kalau ini banyak sih pas musim mudik) mau untuk menanggung
derita orang yang terkena jeratan hutang
(yang ada malah berlomba-lomba memberi hutang agar tanah milik tetangga jadi
milik sendiri) dan dari sekitar 10% orang tersebut itu yang mau untuk melakukan
memenejemen dan mengorganisir
hal-hal tersebut paling sisa 1% yang mau mengurusi dengan amanah dan ikhlas
digaji secukupnya entah berapa persen, kemungkinan
besar tidak lebih dari 1%. Jadi saran saya dari pada mengeluh mari kita melakukan jamaah shalat di masjid dan mulai untuk memperhatikan
kemakmuran masjid.
Kemakmuran
masjid itu bukan sekedar gedong magrong magrong (gedung yang megah) tapi ramainya
jamaah yang datang di waktu isya dan shubuh, Rutinnya kajian islam untuk semua
generasi, dan ramainya kajian tersebut. Lalu bagaimana mau ramai ketika hati
para jamaahnya gundah? gundah mikirin hutang, gundah mikirin sekolah anak,
bahkan gundah besok makan tempe atau makan sekedar nasi sambel bahkan sega jagung. Yang gundah memikirkan urusan
duniawi ternyata bukan cuman yang tidak
mampu. Pada kenyataannya banyak orang mampu yang memikirkan besok jadi tidak pergi ke mall ini
beli gadget ini ke mall itu beli itu dan itu kapan bisa beli kendaran bermotor merk RRR, atau memikirkan busana apa yang
akan dipakai untuk kegiatan ini itu yang sifatnya duniawi seperti arisan ketemu
kolega bisnis. Jadi dari yang
sangat tidak mampu sampai yang sangat mampu sekalipun pikirannya sama harta
harta dan harta.
Ini baru hipotesis saya silahkan anda bantah, karena menurut
saya penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati)
itu sudah merasuk ke sanubari lebih dari 70% penduduk muslim indonesia. Lalu
apa solusinya? cinta kepada Allah dan RasulNya. “Cuih....
gampang banget ngomongnya, memang cinta Allah dan rasulNya ngasih makan gitu?
Cinta Allah dan rasulNya bisa bikin anak lulus dengan nilai bagus, trus masuk perguruan tinggi ternama, trus lulus cumlaude, habis itu masuk perusahaan multi nasional”. heehmp... Jika anda berfikiran hal ini saya tidak
akan komentar
“liat aja tuh yang cinta
Allah dan rasulnya yang mau ngurusin masjid apa mereka gajinya tinggi? Engga
kebanyakan malah DO kalau ga DO ga kerja di perusahaan bonafit.” Ini juga saya tidak akan
komentar.
Sepakat tidak sepakat terserah anda
Bandung, 6 Jumadil Ula 1438
Ganong Luki Subandi
Komentar