Bagaimana Memulai Menjadi FB Advertiser, membuat Narrow Audience


Hari ini saya belum sempat membaca materi apapun mengenai internet advertiser, pengembangan diri, atau bahkan Quran juga belum, jadi rasa-rasanya saya mulai khawatir jika saya menjadi seorang yang hilang arah lagi. Tapi hari ini saya berdiskusi dengan teman sekontrakan, berdiskusi dengan jamaah masjid kompleks dan berdiskusi dengan teman group chat FB “di atas langit”. Saya rasa ada banyak sekali pelajaran hari ini baik mengenai FB Ads, diskusi dengan teman di kontrakan dan diskusi dengan teman di group chat.

Pertama saya akan coba ceritakan pelajaran hari ini tentang FB Ads. Menjadi advertiser di FB Ads itu ga segampang yang saya pikirkan dulu, karena saya pikir cukup dengan usaha keras dan tekun bisa dengan mudah menjual barang di FB (walaupun sebelumnya saya sudah mempelajari grafik dunning kruger effect), tapi nyatanya saya sudah running dua hari di FB ads dan belum mendapatkan sales sama sekali. Ya pengalaman saya memang masih sangat sedikit tapi saya insya Allah tidak akan menyerah di tengah jalan. Karena tidak ada lagi jalan hidup untuk menjadi jalan ikhtiar mendapat rizki dari Allah ( mengeai jalan rejeki yang saya tutup atau tertutup bagi saya, saya akan ceritakan kapan-kapan saja). Dalam usaha menjadi seorang adversiter di FB kita perlu memperhatikan beberapa hal. Pertama perlu diingat FB Ads hanyalah tools. Walau tools ini merupakan tools terbaik untuk beriklan saat ini jangan pernah berfikir bahwa FB Ads akan bertahan selamanya. Saya sendiri masih belajar jadi sah saja anda tidak mempercayai apa yang saya katakan. Sekali lagi saya tidak akan menyerah dalam mecari rejeki dan sekarang rejeki saya saya usahakan melalui FB Ads.

Kembali lagi perlu saya sampaikan visi saya adalah memberikan kebaikan kepada semua orang bahkan ke semua orang sebisa mungkin. Perlu juga saya beri tahukan kepada anda bahwa saya seorang muslim jadi saya ini menjunjung tinggi semua ajaran agama ini. Jadi kalau ada beberapa hal yang aneh dari pendapat saya mengenai FB Ads anda boleh, sangat boleh untuk berbeda pendapat, tetapi anda tidak boleh menyalahkan saya, boleh kita berdiskusi (ingat pesan mengenai sependapat untuk tidak sependapat).
FB Ads merupakan tools yang memberi banyak sekali manfaat bagi banyak orang tetapi bagi yang tidak mengetahui manfaatnya tidak akan mendapatkannya. Sikap cukup bijak ini saya pelajari saat kaderisasi di Himpunan mahasiswa mesin. Semangatnya adalah “Himpunan adalah rumah yang kosong, kalau kalian ingin mendapatkan sesuatu kalian tidak akan mendapatkannya jika kalian hanya meminta tanpa mau berusaha mendapatkannya, tapi jika kalian mengisi rumah ini dengan buah ya kalian akan mendapatkan buah didalamnya” begitu juga dengan FB Ads, kalian tidak akan mendapatkan seuatu jika kalian tidak mau mengusahakannya.

Karena FB Ads yang hanya berupa tools, sama seperti rumah jika kita tidak memanfaatkan tools ini kita tidak akan mendapatkan apa-apa. Nah pertanyaan berikutnya adalah bagaimana menggunakan tools ini? Hal ini lah yang menjadi pertanyaan di setiap kepala orang yang baru belajar FB Ads yang sedang booming ini. Dengan mimpi bisa mendapatkan untung 3 milyar sebulan dan sebagainya. Tapi menurut saya jika usaha kita tidak pantas mendapatkan 3 milyar rupiah sebulan maka kita tidak akan mendapatkannya, begitu juga dengan pola pikir kita yang memang tidak pantas mendapatkan 3 milyar sebulan maka tidak akan bisa mendapatkan 3 milyar sebulan. Sebagai contoh pola pikir “No pain no gain” atau kalau orang jawa mengatakan “jer basuki mawa bea”. Di FB Ads, yang memang sebenarnya tools yang luar biasa. Saya belajar banyak darinya mulai dari memahami demografi penduduk indonesia sampai optimasi marketing, tapi semua itu perlu biaya dan biayanya tidak sedikit kita perlu banyak sekali biaya. Mulai dari belajar toolsnya, belajar logikanya (algoritmanya) belajar fiturnya, belajar lain lainnya, banyak lah. Kalau kita tidak mengeluarkan biaya berupa uang, tenaga dan pikiran, mana mungkin kita bisa mendapatkan semua hal tersebut. Jika inginnya instan ya tidak akan mungkin, jika mungkin saya yakin tidak sehat. bagaimana bisa kita mendapatkan sesuatu yang instan dan sehat? Kan. Ingat diagram Dunning Kruger, dimana kita dipaksa untuk jatuh kelembah kesengsaraan (saya menyebutnya begitu) padahal dari awal saya sudah mempersiapkan diri menjadi orang yang tidak tahu apa-apa dan mempersiapkan diri dalam bidang ini dengan tekad saya harus bekerja super keras (dan supercerdas saran teman saya), karena tidak ada kebebasan yang saya dambakan tanpa pengorbanan. Tetap saja pukulan demi pukulan saya dapatkan tanpa bisa membalas (ceritanya kita sedang bertarung melawan kenyataan).

Tapi dari sekian pukulan itu saya sadar, saya masih kurang banyak ilmu. Pukulan itu apa saja? Ya kemungkinan semua orang yang sedang belajar, pernah belajar dan yang akan belajar FB Ads mengalami hal yang sama terutama yang belajar otodidak. Bagi advertiser yang belajar dibimbing mentor bersyukurlah, apalagi kalau gratis, yang belajar 5 juta aja perlu banyak bersyukur karena sudah ngehits sebelum orang lain. Ingat seorang yang bisa selangkah lebih maju itu sama seperti penyihir di now you see me (maaf ngelantur). Pukulan yang pertama bahwa saya benar-benar tidak mengetahui segmentasi pasar. Padahal selama di kuliah saya banyak belajar mengenai segmentasi pasar, tapi baru sekarang saya tahu bahwa segmentasi pasar begitu penting. Dan saya sepertinya perlu belajar ulang ekonomi konvensional atau bisnis konvensional terlebih dahulu. Sampai saat saya menulis halaman ini saya juga masih belajar segmentasi pasar. Kebetulan hari ini sedang ingin sedikit istirahat dari mantengin angka, grafik dan mantengin FB. Berikutnya pukulan kedua adalah saya tidak memiliki produk andalan. Bagi seorang advertiser yang jago produk tidak penting. Ya bagi mereka memang begitu, lah saya seorang pemula tanpa memiliki produk yang unggulan maka saya tidak akan menjadi seorang yang kuat bertahan di liga ini. Saya mulai sadari beberapa hari lalu tapi mulai yakin hari ini. Walau tetap saya akan mencari produk yang mudah di jual terlebih dahulu dalam jangka waktu pendek kedepan. Pukulan ketiga adalah saya belum menguasai tools ini sepenuhnya. Jadi kompleks juga masalah saya, masalah pengetahuan pasar minim, pengetahuan alat minim, pengetahuan produk minim. Hahaha... doakan saya bisa mempelajari semuanya ya.

Berikutnya adalah diskusi dengan teman sekontrakan. Teman sekontrakan saya ini juga seorang anak alumni ITB yang jauh, sangat jauh lebih keren dari pada saya. Kerennya lagi dia mau membantu saya untuk bangkit dari keterpurukan hidup. Keren kan? Dia adalah seorang kahim (Ketua Himpunan) di salah satu himpunan jurusan di ITB di angkatan 2009. Anda ingin bertanya siapa saya? Haha, saya belum penting dalam portofolio hidup anda. Dari diskusi dengan teman saya pagi tadi (kemarin pagi ding sekarang sudah jam setengah satu pagi hari yang lain) saya mendapatkan jika narrow audience itu digunakan untuk mengerucutkan audience, dan perlu tidaknya dikerucutkan seharusnya logika kita bisa menentukannya. Misal kita ingin menjual jilbab dengan harga yang lebih mahal dari pasaran. Maka yang perlu kita lakukan adalah mengiris himpunan wanita muslim dengan wanita mampu finansial. Pengirisan ini saya masih belum kuasai betul, jadi kalau anda mengalami masalah yang sama beritahu saya ya solusinya nanti. Intinya dari menarrowkan audience dalam kasus ini adalah dengan salah satu bagian dikumpulkan himpunan muslimah, di himpunan lain dikumpulkan himpunan wanita mampu finansial. Hasil dari spent biaya riset saya? Masih belum menghasilkan. Wkwkwk....  Masalah membuat iklan yang bagus dan yang lain bisa lah dipelajari di google tetapi logika mengenai pengirisan ini hanya bisa dipelajari di materi matematika SMP. Jadi kalau anda dulu pernah mbolos waktu kelas matematika dan matimatian anda setelah itu selalu jelek anda hanya perlu mengasah logikanya dari sekarang, bisa dipelajari di tempat lain kog, tapi materinya sama pengirisan dua himpunan. (mengenai diskusi tentang FB Ads sampai sini saja, tulisan berikutnya adalah diskusi mengenai islam, jika anda tidak berkenan cukup tinggalkan saja)

Menanggapi Politikus yang Menggunakan Agama untuk Mendapatkan Kekuasaan

Diskusi berikutnya tadi sore, mengenai beberapa pemimpin politik yang menggunakan agama untuk mendapatkan jabatan. Menurut anda bagaimana? Kalau menurut saya saya bagi pandangan saya menjadi dua, jika dipandang dari sisi saya sebagai politikus, itu sah-sah saja. Semua itu sah dalam politik seperti kata dosen saya bapak Insinyur IGN Wiratmaja Puja “Jika anda menjadi akademisi anda tidak boleh bohong, tetapi boleh salah. Kebalikannya adalah politikus, jika anda menjadi politikus anda boleh bohong, tapi tidak boleh salah” apa maksudnya cerna sendiri. Berikutnya ketika saya tinjau sebagai seorang muslim maka hal itu tidak boleh, tapi berhubung negara ini bukan keKhalifahan, tidak ada yang bisa melarang pilitikus menggunakan agama sebagai alat untuk mendapatkan kekuasan. Saya bukan sedang membenarkan, karena saya seorang muslim saya tidak akan membenarkan agama digunakan sebagai alat untuk mendapatkan kekuasan. yang benar seharusnya malah sebaliknya, kekuasaan digunakan untuk menegakkan agama. Jadi kalau anda ingin melarang politikus menggunakan agama cukup ada tiga caranya anda jadi ulama, sehingga anda punya kewajiban untuk mengingatkannya sampai dia benar-benar berhenti. Cara yang kedua anda jadikan negara ini negara keKhalifahan, sehingga anda bisa menerapkan sistem agama yang sebenarnya jadi tidak mungkin lagi ada politikus yang menggunakan agama untuk mendapatkan kekuasaan. Yang ketiga jadikan negara ini negara monarki dan anda sebagai rajanya, maka anda bisa dengan mudah menghukum siapa saja. Jika tidak bisa ketiga-tiganya saran saya jangan terlalu dipikirkan masih banyak hal yang perlu dipikirkan.

Diskusi berikutnya adalah antara saya dengan jamaah masjid lingkungan perumahan green hill. Pelajaran yang saya dapat adalah. Jika kalian mau rajin shalat di masjid, tidak mungkin orang akan tidak mengacuhkan anda. Mereka pasti akan beramah tamah dengan anda. Isi diskusinya ya mereka berkenalan dengan saya.

Diskusi saya berikutnya adalah dengan teman di group chat yang saya sendiri sebut sebagai group “di atas langit masih ada langit”. Filosofi ini saya dapatkan dari seorang yang teman di group tersebut yang sering sekali dari dulu mengingatkan orang lain “diatas langit masih ada langit, diatas langit ketujuh masih ada Singgasana Allah, kebanyakn dari kita merasa sudah duduk di singgasana Allah (sombong) padahal kaki masih menyentuh bumi” dalam sekali ketika saya pikirkan. Hal ini menyadarkan saya akan satu hal, Allah melarang kita bersikap dan bersifat sombong karena beberapa hal mungkin ini salah satunya. Karena ketika kita sombong kita telah memakai selendang yang kita tidak pantas memakainya. Dalam group ini topik yang dibahas sangat bermacam-macam dan pertengkaran urat saraf sangat sering terjadi tetapi Alhamdulillah Allah masih mengikat hati kami sebagai teman. Saya bersyukur memiliki teman seperti mereka. Malam ini diskusi dimulai dengan surat dari kedubes palestina kepada indonesia. Dimana dalam surat itu kedubes palestina tidak mendukung sama sekali demo yang dilakukan siang tadi yang menggunakan bendera palestina. Saya sendiri tidak mengetahui demo tersebut tentang apa. Tapi poin yang dibicarakan sama dimana mereka menganggap tindakan pemerintah palestina beralasan karena mereka tidak ingin merusak hubungan diplomasi dengan indonesia. Dalam diskusi terjadi banyak argumen tetapi akhirnya saya mendapat sudut pandang, mungkin pantas bagi kedubes palestine untuk bersikap pragmatis praktis, sama seperti kedubes indonesia di syuriah. Tujuannya adalah melindungi hubungan diplomasi dengan indonesia.

Sepertinya itu saja dahulu. Semoga bermanfaat, jika tidak ya ikhlaskan saja waktu anda utuk mengenal lebih jauh tentang diri saya, terimakasih telah membaca, jika ada manfaat sudah pasti dari Allah jika tidak ada itu mutlak dari saya, maafkan saya yang menghabiskan waktu anda untuk membaca sebegitu panjang tulisan saya yang seharusnya bisa dipisah menjadi dua tulisan.


Bandungnya Allah, 28 Rabiul Tsani 1438



Ganong L Subandi

Komentar