Aku rasa aku berkali-kali jatuh cinta. Dan kurasa yang paling
menyakitkan ketika aku jatuh kepada wanita yang mengatakan
kecintaannya pada seorang ikhwan yang tinggal sekamar bersamaku di asrama. Aku ingat dulu aku teramat sering jatuh, bahkan sampai sekarang masih tetap mudah jatuh. Aku sering
merasakan jatuh, tetapi akan tetap sama bagiku sakitnya jatuh akan tetap terasa sakit. Walau kau sudah
jatuh sampai beribu kalipun sakitnya akan tetap terasa sama. Karena itulah ada
yang disebut neraka, karena walau abadi sekalipun kau akan merasakan sakit yang
sama, sakit yang menghujam dalam menuju relung hati.
Namun kini aku katakan aku akan tetap menaruh cinta pada
seorang, atau mungkin ke banyak orang. Tapi aku tak mau jatuh lagi. Aku ingin bangun
seraya tersenyum ketika membaca seorang akhwat menulis tentang satu dari sekian yang Allah ajarkan pada Nabi
terakhirnya Muhammad saw. rasanya tulisannya terbaca begitu indah seperti lantunan tembang khayangan. Bisakah aku membangun cinta hanya dengan membaca ocehan seseorang? Itu sangat mungkin. Itu sangat mudah karena yang menumbuhkan
cinta ada di manapun.
Jika aku cenderung kepada seorang wanita kecenderunganku padanya karena kecenderunganku pada apa yang aku pahami dari kecil. Mungkin aku
akan jatuh cinta pada seorang yang memperjuangkan hak kesetaraan gender ketika
aku seorang yang lahir dan dibesarkan oleh keluarga yang menanamkan pada hati
anaknya tantang kebebasan. Tapi aku bukan anak itu. Ayah dan ibuku hanya
mengajari aku sesuatu mungkin, atau mereka telah mengajariku banyak hal. Jelaslah mereka mengajariku untuk tetap
bertahan untuk tetap berusaha bagaimanapun keadaannya. Ada sesuatu yang sangat aku suka dari kekata ayahku, beliau pernah
menasehatiku “setiap orang memiliki kebenarannya masing-masing” yah itu kata beliau.
Tapi bagiku ianya memiliki ekor “kini apakah kau mau membagi kebenaranmu atau
memaksakan kebenaranmu” itu akan sama saja akhirnya walau berbeda pada mulanya.
Akhirnya pada kata diterima atau ditolak. Namun pada awalnya akan menuai kata
dibenci atau mungkin dicinta.
Jika aku cenderung pada seorang wanita kecenderunganku padanya karena kecenderungan hatiku pada apa
yang sudah aku terima, dengan awal apapun itu dan cara apapun itu. Pada awalnya
mungkin aku akan mencari yang lain, tetapi pada akhirnya aku tak tahu dan memang hanya Dia yang tahu. Harapku aku
masih mencinta karena dia juga mencitai Yang Memiliki hati dan membolak
baliknya. Yang aku terima Dia tidak memiliki keturunan apalagi istri
selingkuhan. Dia hanya memiliki hamba yang memang suci yang dilahirkan tanpa
memiliki ayah sama sekali.
walau bukan itu maksudku tetapi pada akhirnya sama. Inginku aku berkata. Aku
bisa mencintai siapapun yang dia menarik hatiku pada awalnya. Lalu kalian akan
mengatakan “apakah kami peduli pada hal
itu?”. Sebenarnya aku juga tidak terlalu peduli. Hanya saja mungkin kalian akan peduli
nanti. Saat kalian membutuhkannya.
Bukan dari Alquran atau Hadist, ini pikiranku sendiri, jika
terdapat kebenaran benarkan pada yang membuat pikiranku, jika ada kesalahan ini
juga masih desainNya tapi jangan pernah berani salahkan Dia untuk kebaikanmu
sendiri. :D
Komentar
. .
Ternyata adek udah pernah baca tulisan ini, tapi tadi adek baca harus berulang-ulang karena harus mencerna bahasa mamas.