Sering dengar orang mengatakan doa atau membaca status orang seperti ini “ya Allah jika dia yang terbaik bagiku berikanlah kemudahan, jika bukan tolonglah jadikan aku bukan termasuk orang yang merugi” atau ucapan sejenisnya. Atau ucapan berikut “Ya Allah jika dia jodohku mudahkanlah, jika dia bukan jodohku tolong cek lagi barangkali ada yang salah”. Aku hanya ingin membahas satu hal dari beberapa kalimat sejenis diatas. Niat yang tercantum dalam hati sang pujangga pengucapnya.
Dalam kondisi di atas jika
seorang yang mengucapkan sedang dalam masa lamaran kepada sang calon maka saya
hanya berharap semoga niatnya karena Allah. Lalu ketika sang pujangga pelantun
sair ini mengucap doa diatas dalam hubungan yang diajarkan oleh orang2 penyembah
tiang gantungan? Bagaimana bisa mereka memanjatkan doa kepada Allah atas
perilaku mereka yang meniru perilaku musuh Allah?
Sayang kebanyakan orang yang
mengerti lebih banyak akan berpikiran seperti diatas, dan mereka tidak bisa
menerima bahwa hati seorang yang sedang terpaut kepada mahluk lain seharusnya
dibantu untuk bisa memautkannya karena Allah, lihatlah, bacalah doa mereka. Setidaknya
merek a masih memanjatkan kepada Allah. Coba saja kalau mereka memanjatkan
kepada presiden, bagaimana tidak jadi lebih pusing?
Keluhku, yang memang hanya bisa
berkeluh, cinta mereka yang tidak bertemu dijalan yang memang berakhir indah
seperti cinta pujangga jogokarian… sang ulama akhir jaman.
Niat mereka ingin dapatkan cinta
itu dengan ridloNya jalan yang mereka tempuh penuh sesat dari jalanNya, yang
tahu ilmunya berkeras hati melalui ocehan putuskan saja, sang pujangga hanya
berkata kalau berani bilang orang tuanya. Sang perindu tertunduk lesu aku belum
ada daya untuk melangkah kaki menghadapi bokap nyokapnya. Sang ulama berseru
tinggalkan maksiat jauhi peradaban barat tanpa ada solusi tepat. Si pengeluh
hanya bisa berkeluh “ niat mereka baik, hanya mereka belum tahu bagaimana dan
dimana jalan yang seharusnya”
Komentar
jo lali, undang-undang mas..