Nadi Baru


 Debar jantungku naik menjadi begitu kencang, memang samar didepanku. Cantiknya dia seperti bidadari, atau memang bidadari. Aku tak peduli  yang  jelas dia mendekatiku dan menyentuhkan bibirnya di pipiku... hangat. Sejenak dia melepasnya tak lama kemudian  tiba-tiba menarik hidungku keras.  Auuwwhhh.. sepertinya aku kenal tarikan ini. Seketika itu pula aku mendengar suara "akh,, bangun jangan sampai ketinggalan shaf pertama, mandi gih udah adzan tuh " samar aku masih mendengarnya. Namun, seketika itu juga aku bangun. Ini kebiasaanku saat dibangunkan kaget, menjingkrak seketika serta merta mendirikan badan, siapapun yang membangunkanku. Siapapun yang mengenalku pasti tahu kebiasaan ini.  Bahkan dulu adikku takut untuk membangunkanku saat tidur. Ternyata bidadariku sudah ada dihadapanku menenteng handuk ditangannya. Walau dia berdiri jutek didepanku masih saja terlihat cantik. Teringat kata temanku dulu kalau kau ingin tahu wanita cantik yang sebenarnya lihat saat dia bangun tidur. Dan didepanku aku melihat bidadariku dan terlihat sangat cantik. Sejenak aku meloncat dan meraih handuk dari tangannya. "masih bau mandi dulu sana" dia memalingkan mukanya dari mukaku. Yah mau bagaimana lagi harus cepat-cepat mandi.

Selepas membaca ma'surat - inipun kebiasaan yang istriku paksa padaku- pagi ini aku bergegas menuju ruang makan keluarga. Duduk bersila dan menyantap makanan dengan tangan dan tiga jari khas sekali. Aku tak pernah berfikir  akan ada di ruang ini dan makan dengan cara ini di rumah mertuaku. Bahkan pikirku abah dan umminya zahra membiasakan ini sejak dulu pada anak-anak mereka. Kebiasaan makan yang istimewa, yang diajarkan langsung  oleh yang mencintai umatnya. Disaat seperti ini biasanya abah bertanya banyak soal apa yang akan aku lakukan pagi ini. Namun, kali ini berbeda. "Abah denger  fallah baru lulus tes pegawai negri sipil ya?" muka beliau begitu sejuk menatapku. Kadang aku masih canggung harus bertingkah seperti apa didepan beliau. Padahal sudah hampir satu semester aku disini. " Alhamdulillah bah, tadi sore saya lihat di pengumuman online saya baca sih begitu" aku melihat senyum abah terkulum seketika. "alhamdulillah, ngertikan apa kewajibanmu?" abah hanya bertanya sederhana saat mendengar berita gembira. Hampir selalu seperti ini, yang aku dengar dari cerita zahra tentang abahnya ya seperti ini. Beliau halus dan pendiam kalaupun bertanya jarang sampai berlarut.  Ya seperti pagi ini.

Zahra sudah satu tahun menjadi pegawai negri.  Kebetulan dia sudah menjadi guru tetap setahun yang lalu di SMP kami. SMP yang pertama kali membuat aku terkagum padanya. Tempat pertama kali mendidikku bahwa Allah selalu ada melihat hambaNya. Dua setengah tahun sudah zahra mengajar di SMP ini. Ya mengabdi selama satu setengah tahun dan menjadi guru tetap langsung disana. Berbeda denganku, padahal baru satu tahun aku menjadi asisten pengajar di Kampus. Beruntung aku langsung diangkat menjadi staf pengajar tiga bulan lalu. Keberuntungan mungkin, hari ini aku sudah mendapat status pegawai negri sipil. Setelah lama aku menyelesaikan studi sarjanaku di kampus gajah duduk. Lama nian mencari IPK tiga koma sebagai syarat menjadi pengajar di universitas negri. Kampus ini baru mebuka fakultas tekniknya sekitar  tujuh tahun yang lalu. Bahkan teknik industri baru membuka studi strata satunya  tiga tahun yang lalu. Pantaslah masih sedikit pengajar yang mengampu mata kuliah terutama rekayasa termal.

Seperti pagi yang lain setelah mengantar zahra ke SMP aku beranjak ke kampus. Kampus teknik tidak berada di grendeng . Gedung ini terletak di purbalingga tepatnya hampir dekat diperbatasan Banyumas-Purbalingga Jl. Mayjen Sungkono Km. 05, Blater, Kecamatan Kalimanah. Tak jauh dari SMP. Motor Bebek ini sudah menemaniku lama dari dulu saat aku masih di Bandung hingga kini menempuh jarak sokaraja purbalingga. Kota ini sudah tak lagi asing bagiku. Baik itu purbalingga ataupun sokaraja. Keduanya sudah akrab denganku sedari kecil. Nenekku di bocari purbalingga dan aku sekolah di sokaraja saat SMP. Keduanya sudah melekat  erat denganku apalagi aroma gethuk goreng. Aroma ini sudah menempel sejak aku membeli LKS pertamaku. Adalagi Sroto sokaraja, makanan ini satu-satunya makanan yang hanya tersedia di sokaraja. Dua warung mengaku menjualnya di bandung tapi rasanya berbeda sama sekali. Sroto sokaraja itu tidak menggunakan jeruk nipis dan menggunakan bumbu kacang. Inilah khas sokaraja lebih amis memang tapi rasa khasnya selalu membuatku rindu. Sungai pelus sungai yang sering diceritakan pada cerita rakyat banyumas setelah sungai serayu. Sungai ini yang mengingatkanku pada masa jahiliyah bersama temanku hamdan. Taman wisata kendali sada, tak ada tempat yang setinggi itu aku tempuh hampir seminggu dua kali dengan bersepeda selama sebulan. Aku masih mengingat segarnya taman itu hingga kini. Kini masih seperti itu belum berubah.

"akh pulang jangan kemalaman" pesan singkat ini terbaca seperti langsung terdengar ditelingaku. Bisiknya membuat aku bergegas dengan urusanku kali ini. Padahal hampir setiap hari mendapat pesan singkat yang sama, rasanya tetap sama.  Padahal hari sebentar lagi usai sudah satu jam lalu adzan ashar. Aku masih dipusingkan banyak administrasi untuk study lanjutku. Harus ke rektorat dan mengurus banyak perijinan. Harus ini itu sama seperti dulu waktu aku mengurus beasiswa studi sarjanaku. Bedanya dulu aku memakai sepeda ontel sekarang memakai bebek. Tujuan studiku juga sama kampus gajah duduk. Jurusannya pun sama masih disekitar  Mechanical Engineering. "Kantor sudah tutup pak" kata seorang staf TU di gendung rektorat. Ya tak biasanya rektorat buka sampai sesore ini. Ya Cuma gara-gara aku seorang. Sudah dari tiga bulan lalu aku mengajukan beasiswa dari mendikbud untuk meneruskan pendidikan ke jenjang master. Seminggu yang lalu sejak pengumuman resmi  sebagai pegawai negri tak aku sia-siakan bersegera menyelesaikan semua persyaratan.  Aku tak mau lama-lama mendaftar karena tiga bulan lagi tahun ajaran baru dimulai. Kalau aku berlama-lama bisa setahun lagi aku harus menunggu. Zahra sendiri sedang mengusahakan agar bisa belajar kebahasan di jepang. Walau aku sering berkata padanya untuk belajar di indonesia saja lebih sering iya berkeras ingin melihat bunga sakura dan salju. Padahal bisa disaat lain melihat sakura, aku heran kenapa harus dimasa studi. Walau aku sering sedih keinginanku untuk belajar di jerman juga kandas. Mungkin aku yang kurang percaya diri karena kecerobohanku dulu waktu kuliah S1. Sudahlah tak penting menyesali waktu yang sudah hilang.

"sore ini jadi kerumah?" abah sedang membaca koran saat ummi menanyakan hal itu. Heran padahal sudah ada berita melalui media online abah masih lebih menyukai membaca lewat lembaran koran. "InsyaAllah mi" aku menjawab, sedang tanganku membasuh kuda besiku yang begitu gagah. "nanti bawa brownis kukusnya ya jangan lupa". "iya mi, zahra sudah bilang kog tadi pagi pas buat, katanya sengaja buat untuk dibawa kerumah"."salam buat ayah sama ibu dirumah nanti ya"."InsyaAllah mi". Sore ini kalibagor begitu cerah. Teringat cerita teman dulu saat masih dikampus " ingat bulan mei seperti ini anginnya akan membelaimu lembut ru. Memanjakanmu seakan hari ini telah datang libur padahal juni masih menanti.  Rasakan lembutnya dibulan juli ru, puncaknya seakan kau dibelai bidadari". Awal juni nanti aku harus pergi ke bandung mengurus banyak hal. Alhamdulillah aku diterima lagi untuk menempuh studi masterku. Sore ini aku akan pamit kerumah dan menginap selama seminggu karena kuliah sudah selesai tentunya aku tidak harus bolak balik ke purbalingga. UAS kali ini aku tidak perlu mengoreksi hasil ujian anak-anak, mas Imam sudah mengambil alih semua. Salma dan nisa pasti senang karena guru mereka ada dirumah minggu ini.

"Assalamu'alaykum" saat zahra belum selesai mengucap salam sudah ada jawab dan bunyi langkah kaki berlari dari belakang rumah. "walaykum salam, mba ima mas iru" dua gadis kecil ini menyalami kami berdua lalu seketika aku mencium kening mereka berdua. Ayahku melangkah didepan ibuku aku lihat. Mereka semakin tua saja. Setelah mencium dua tangan mereka berdua langsung aku memeluk adiku yang satu ini seperti biasa aku dan faruq selalu saja seperti dulu seakan kami tak pernah dewasa. Dan aku sudah menduga komputerku pasti berisi banyak game perang seperti CS dan sejenisnya. Komputer rakitan pertamaku aku tinggal dirumah. Sengaja untuk pegangan nisa dan salma. SMP sekarang kan sudah harus mahir menggunakan Word, Excel,serta power point. Padahal aku berharap linux bisa menguasai pasar, sayang pemerintah merekomendasikan sistem windows sebagai acuan kurikulum. Padahal program sejenis dari linux juga tidak kalah hebat.  Malam itu aku habahskan untuk mengobrol bersama ayah sama seperti dulu. Esok harinya aku bermain CS bersama faruq.  Dua adik perempuanku tak seperti dulu yang sering sekali mengatur jadwal mainku di rumah saat liburan kini mereka lebih sering belajar bersama zahra. Dan sisa waktuku seminggu ini aku habahskan bejalan2 menyapa teman lamaku. Seminggu disini serasa begitu cepat berlalu. Tak terasa sudah bulan juni, setelah pamit pada ibu bapak aku pulang ke kalibagor. "hati-hati Ru di Bandung jangan kebanyakan main2 lagi. Ga perlu kebanyakan belajar bisnis ya, bisnis bisa dipelajari nanti" pesan itu yang ayahku sampaikan saat aku pamit. Dan ibu seperti biasa hanya bermata sembab dan berkata "hati2 ya Ru jaga kesehatan" seakan baru kali ini aku ke Bandung saja.

Pagi ini aku harus ke Bandung. Zahra sudah merapikan semua bajuku dari kemaren padahal sudah aku bilang aku cukup bawa dua lembar baju dua celana jeans dan sarung lalalala.. dia malah memasukkan hampir separuh bajuku. "sayang, kamu di bandung tuh hampir dua tahun tahu, masa cuman bawa dua setel baju"" ya kan bisa dibawa nanti lagi waktu balik". Mau seperti apapun alasanku aku harus nurut apa maunya. Yah sudahlah lagi pula aku tidak harus menggendongnya sambil jalan sampai Bandung. Aku hanya bisa berdua sejenak bersama zahra. Seharian dia membuat bermacam snack. Aku sendiri yang memberi saran agar kami membuka katering. Kebetulan hari ini ada pesanan untuk acara syukuran. Ada teman kami yang gila memesan snack untuk dua hari berturut-turut. Ya aku tidak akan bisa berdua saat membuat bolu kukus kan.
 "Abah sama ummi doain fallah dibandung ya" "insyaAllah fallah" jawab ummi serta abah. "jangan lupa jamaah shubuh ya" itu kata romantis zahra setelah mengecup pipiku. Setelah mengangkat tiga barang Tas Besar berisi logistik, satu keranjang berisi makanan yang tak jelas aku beri kesiapa nanti, dan menggendong tas berisi Leptop dan dokumen aku masuk ke dalam travel. Kali ini masih mendapat kursi dekat kaca namun jok paling belakang. Hehehe...

Dulu saat pertama aku ke Bandung tidak sendiri seperti ini. Aku ditemani mereka... Ditemani dia.

Salman sore ini masih seindah dulu dua tahun yang lalu. Tidak banyak kenanganku disini tapi cukup membuat aku menangis saat mengenangnya. Deeerrr... getar ini mengisyaratkan ada yang mengirim pesan ke ponselku "jangan lupa ma'surat ya akh" setelah menjawab pesan aku berkeliling salman sambil membaca apa yang istriku minta. Selesainya aku pergi keselasar hijau. Ramai, selasar hijau memang tak pernah sepi walau dibulan haji seperti ini. Sekejap aku menatap sekeliling, aku melihat sesuatu yang tak begitu asing bagiku. Seorang yang kukenal. Sangat kukenal.Seorang akhwat berjilbab Hitam, bahkan itu yang aku beri padanya aku kira. Saat melihatku dia terlihat aneh. Karena jelas dia melangkah menjauh, menarik temannya. Seakan aku ini setan yang ditemuinya. Aku berusaha mengejarnya dengan berjalan lebih cepat. Namun, seketika "Assalamu'alaykum Ru" aku menengok kearah suara itu "kang Rendy!' aku terkaget dan sontak menyalami beliau. Setelah cium pipi kanan dan cium pipi kiri aku teringat kembali yang tadi aku kejar. Sudah hilang. Jejaknya sudah tidak lagi ada.



ini hanya cerita fiksi jika ada kesamaan tokoh tempat waktu dan peristiwa segera hubungi penulis.. saya hanya meminta beberapa saran atau kritik jikalau karangan seperti ini dijadikan novel pantas atau tidak?

Komentar