Pentingnya Menjaga Amanah

Tulisan ini saya persembahkan kepada rekan-rekan GAMAIS terutama BPH yang telah membuat sitem iqab yang begitu memesonakan hati, terutama bagi saya. Yang mungkin suka menulis tapi tidak pernah ada sebuah alas an untuk menulis. Dan karena iqab inilah saya mempersembahkan sebuah tulisan yang semoga bermanfaat bagi teman-teman.  Oh iya say minta maaf untuk keterlambatan kemarin. Kemarin saya terlambat karena malam sebelumnya saya habis ujian dan setelah ujian ada hearing jadi terpaksa pulang tengah malam. Akibat pulang tenagh malam itu saya baru tidur pukul setengah dua. Setelah shalat shubuhpun ternyata masih ada tugas dari beasiswa yang lupa  belum saya kerjakan. Jadi kesimpulannya saya terlambat saja. Karena materi iqab kemarin tentang amanah dan saya masih berjanji untuk melanjutkannya maka kali ini iqab saya juga mengenai hal yang sama, amanah.

Banyak orang yang mengidentikkan seorang muslim atau mu’min itu dengan banyak hal negative seperti datang terlambat (karena tulisan ini datang dari sebuah iqab keterlambatan, maka  seketika anggapan itu hampir saja benar) malas, pakaiannya kumal, miskin, apalagi ayo sebutkan yang teman-teman tahu tentang orang muslim dan bersifat negatif, suka menumpahkan darah dan tak perlu saya beberkan lagi paradigma orang sekarang memang seperti itu terhadap muslim. Namun, mau tidak mau pandangan itu sekalipun tidak bisa saya persalahkan karena memang kebanyakan muslim saat ini berkarakter seperti itu. Bukan berarti saya mendukungnya, bahkan saya sendiri sedang berusaha untuk melawan dan menghancurkan semua paradigm itu. Semoga ikhtiar kita dalam memperbaiki karakter anak bangsa melalui berbagai metode perbaikan ini di beri jalan yang indah oleh Allah agar setiap dari kita merasa menjadi muslim itu satu keberuntungan (nikmat) yang sangat besar. Yang mungkin menjengkelkan bagi saya adalah ketika orang menimpali islam sebagai agama yang kumal, telatan, malas, miskin dan banyak lagi. Itu hal yang tidak saya suka karena islam dan orang islam sejatinya berbeda. Walau karena orang islam sendirilah yang mencerminkan islam itu sendiri. Nah pelajaran bagi kita lagi apakah kita mau orang sekitaran ITB menilai islam sebagai agamanya orang malas dan agama yang serba negative karena kita manusia yang mengaku muslim ini seperti yang mereka tudingkan? Baik kita sama-sama memuhasabah diri (terutama saya sebagai penulis ) tidak ingin anggapan seperti itu ada. Maka dari itu mari kita mulai memperbaiki paradigma orang terhadap muslim dan islam mulai dari diri sendiri, dari yang kecil dan dari yang dekat, dari yang paling mudah (versi aa gym banget).

Sebuah pertanyan akhirnya tercetus sebagai ikhtiar perbaikan akhlak ini. Apakah sebuah kesalah akhlak disini berhubungan erat dengan din kita islam, sungguh sangat erat hubungannya. Kita sebenarnya sudahlah paham kalau nabi junjungan kita Muhammad saw. Itu di utus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Seperti dalam sabda beliau saw. yang diriwayatkan oleh imam Abu dawud dan imam At-tirmidzi dalam kitab mereka masing-masing bahwa rasul saw. pernah berkata “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling bagus akhlaknya”. Sungguh ironis ketika kita merasa telah yakin akan adaNya Allah sebagai Rabb dan Ilah, meyakini seluruh nabi serta Rasul yang di kirimkanNya kebumi ini termasuk penghulu para nabi rasul kita yang mulia Muhammad saw., kita mempercayai bahwa kitabNya haq apalagi Al-Quran yang memang tidak ada keraguan didalamnya sebagai pemberi petunjuk bagi orang yang memang beriman. Kita telah meyakini semua itu, tapi kita tidak mencerminkan sebuah akhlak yang bagus maka yakinlah iman kita sebenarnya compang-camping. Sadarlah(kata ini benar-benar saya tujukan pada diri saya) kalau kita ini  sesuai dengan pernyataan diatas bahwa akhlak kita belum baik maka sangat jauh diri dari kata muslim ideal, apalagi mu’min ideal. Sungguh ingin sekali kita menjadi seperti suri tauladan kita abul qasim saw. sungguh akhlak beliau yang mulia itu begitu indah membuat kita menginginkan selalu dekat dengannya. Tapi tergelak seakan sulit sekali kita mendapatkannya. Kebanyakan dari kita telah mengusahakan keimanan itu tapi kebanyakan dari kita juga tidak serta merta mendapatkan akhlak yang mulia. 

Lalu datanglah Tanya kenapa aku tidak bisa memiliki akhlak yang mulia. Tanya itu membuat gundah hati saya beberapa tahun ini tapi akhirnya terjawab setelah saya membaca buku kang Salim A. Fillah semoga Allah memberi keberkahan kepada beliau. Dalam bukunya “dalam dekapan Ukhuwah” saya baru menyadari ternyata iman dan akhlak adalah dua buat hal yang tidak memiliki keterkaitan sebab akibat. Dimana akhlak yang bagus tidaklah selalu mencerminkan iman yang kokoh begitu juga sebaliknya iman yang kokoh belum menjamin akhlak yang mulia. Karena keduanya tidak memiliki keterkaitan sebab akibat. Lalu bagaimana dengan sabda nabi saw. tentang “Mu’min yang paling sempurna imannya adalah yang paling bagus akhlaknya” kalimat itu sesungguhnya menyaratkan ketika kita ingin diakui sebagai mu’min yang imannya paling sempurna oleh Allah ta’ala ada sebuah syarat mutlak yaitu akhlak yang bagus. Kata-kata itu sungguh membuat aku berfikir ketika kita memang ingin menjadi seorang mu’min yang sempurna mau tidak mau kita juga memiliki sebuah kewajiban untuk memperbaiki akhlak kita masing-masing. Karena keduanya bukan sebuah hubungan sebab akibat tetapi sebuah hubungan yang saling menyempurnakan. 

Apakah masih ada sebuah alasan bagi kita untuk tisak emeperbaiki akhlak kita? Sungguh tidak ada lagi. Kecuali kita tidak menginginkan menjadi seorang mu’min. setelah itu mari kita sadari bersama akhlak yang baik itu perlu untuk di usahakan. Salah satu akhlak yang memang telah dicontohkan nabi adalah akhlak menjaga amanah. Yakinilah selain kita akan mendapat ridla Allah manusia pasti akan mencintai kita karena Allah menyemaikan cinta itu melalui amanah yang selalu kita jaga.

 Setelah kita meninjau kata amanah dari KBBI dalam tulisan saya sebelumnya mengenai amanah dan kita telah paham bahwa titik berat amanah adalah kepercayaan. Sekarang mari kita lihat kata ini melalui akar katanya pada bahasa asalnya. Dalam bahasa arab beberapa kata bisa ditarik dari akar kata yang sama melalui susunan kata dari huruf yang sama. Ada tiga kata sepadan yang memiliki akar huruf yang sama semuanya dibentuk dari huruf alif, mim dan nun, luar biasanya kata-kata dari bahasa arab ini jika memiliki akr kata yang sama maka kita bisa mengatakan kata itu memiliki hampir arti yang sepadan atau seirama dan bahkan memiliki maksud yang sama , ketiga kata itu ialah aman, amanah dan iman dan makna ketiganya hampir serupa yaitu menunjukkan kepada ketenangan atau tuma’ninah. Amanah menunjukkan pada kepercayaan, dan kepercayaan adalah ketenangan, sedang aman adalah hilangnya rasa takut dan ini juga berarti ketenangan, kemudian iman bermakna pembenaran dan ketetapan (iqrar) serta amal perbuatan, yang didalamnya terdapat pula ketenangan bahkan ujung dari iman adalah rasa tenang akan kehadiran dan keridlaan Allah dalam semua amal kita.

Setelah tahu betapa pentingnya amanah bagi diri kita masing-masing mari kita lihat amanah apa saja yang mungkin sekarang kta tanggung dalam hidup ini. Kalau dikelompokkan dalam kelompok yang besar amanah yang mungkin saja kita tanggung ada tiga kelompok amanah yang besar. Siapkan hati untuk menerimanya.

Amanah yang paling pertama dan paling mungkin kita tanggung dalam hidup ini adalah Amanah dalam Menunaikan Hak-hak Allah Azza wa Jalla. Amanah ini menuntut kita untuk menauhidkan-Nya, mengesakan-Nya di dalam beribadah, mengerjakan apa yang Dia perintahkan dan menjauhi apa yang Dia larang, semata-mata untuk mengharapkan keridhaan Allah. Ini merupakan amanah yang terbesar, yang setiap hamba wajib melaksanakannya karena amanah ini pertama kali sebelum amanah-amanah yang lain. Dan darinya akan muncul seluruh bentuk amanah yang lain. Sungguh dengan amanah yang pertama kita tunaikan maka untuk amanah berikutnya hanyalah amanah turunan dari amanah pertama ini.

Amanah berikutnya yang mungkin sebagai turunan amanah yang pertama diatas adalah amanah untuk meneladani Rasul kita muhmmad saw. sudah sebuah keniscayaan ketika kita percaya bahwa Allah yang kita sembah kita harus mengikuti contoh seorang yang paling dekat dengan Allah. Beliaulah suri tauladan yang memang kita harus meniru semua yang beliau lakukan sebagai bentuk kepercayaan yang telah Allah berikan kepada kita makhlukNya yang mengaku beriman padaNya.

Amanah yang ketiga adalah Amanah dalam Nikmat yang Diberikan Allah. Kita haruslah menyadari nikmat Allah yang diberikan kepada kita ini adalah sebuah titipan yang begitu berharga dan memang titipan ini menuntuk kita untuk menunaikan haknya. Seperti nikmat pendengaran, penglihatan, pemeliharaan, harta dan anak-anak. Juga amanah badan dan segala isinya, kepala dan kemampuan otaknya untuk berfikir(terutama kita nih para mahasisw yang sudah sangat jelas dikaruniai oleh Allah nikmat kecerdasan jujur saat saya menulis ini saya benar-benar ingin memeperbaiki keadaan akademik yang amburadul selama tiga semester kemarin). Maka setiap mu’min wajib menggunakan nikmat-nikmat tersebut sesuai fungsinya yang Allah ciptakan dan dalam rangka menunaikan perintah-perintah Allah. Apabila anggota badan, kesehatan, harta dan seluruh nikmat yang kita terima digunakan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, maka berarti kita telah merealisasikan amanah serta menunaikan sesuai tuntutannya.

Amanah berikutnya adalah  Amanah dalam Menunaikan Hak Sesama Manusia. Karea kita hidup sebagai makhluk sosial dan kita ini muslim “ belum dikatakan muslim seseorang sebalum tetangganya merasa aman dari kata-kata dan tangannya” (maaf sanad dan rawinya saya lupa tolong cek ya) amanah ini berupa sebuah kepercayaan orang lain kepada kita Seperti titipan, harta, rahasia, aib dan kehormatan dan lain sebagainya. Al Qur’an telah menyebutkan tentang keutamaan sifat amanah dalam banyak ayat, yang sekaligus menganjurkan kepada kita untuk memelihara dan menjaganya. Diantaranya adalah firman Allah, artinya, “ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya” ( An Nisa 58) ayat ini mengatakan bahwa memang orang lain memiliki hak untuk disampaikan apa yang mamang harus mereka dapat.

Semoga setelah kita mengenal amanah yang seharusnya kita jaga kita bisa menjaga amanah itu agar kta bisa menjadi mu’min yang ideal atau setidaknya citra orang akan islam menjadi membaik. Jazakallahu telah membaca sampai akhir karena saya kira tulisan ini sangat panjang dan njrimet.

Komentar

Badiuzzaman mengatakan…
Mari menjadi cendekiawan muslim yang selalu menjadi inspirasi..
islam itu rapi
islam itu suci
islam itu disiplin...
Jangan permalukan islam karena tindakan kita yang konyol tapi buatlah islam bangga atas prestasi yang kita capai...
Alhamdulilah Muslim di sini berjaya...