Akhir Malam

["Kini kau terlihat lebih baik, tanpa diriku disisimu"pikirku di dalam hati ketika aku melihat fotonya. Begitu cantik dan mempesonakanku. Namun dalam diriku kini aku tersadar betapa aku ini seorang pendosa yang terlalu banyak maksiat. akankah aku ini pantas dengannya. Pagi ini tak lagi aku hiraukan siapa dia, biar dia jadi dirinya sendiri yang ia inginkan tanpa interfensi dariku. Baik itu putri sebuah kerajaan yang indah atau seorang sholehah yang cantik. Akan sama saja bagiku siapapun dirinya sekarang dan nanti. Tak mungkin seorang yang seperti aku ini mendampinginya. Apalagi dengan semua yang aku lakukan semalam. Semoga pagi ini menjadi awal dari kebaikanku yang lama sudah aku tinggalkan.] kutipan cerita biasa dari orang yang juga biasa.
Sementara malam ini aku merasa menjauhkan diri dari Rabbku, aku di tunjukkan olehNya betapa bahagianya seseorang yang dulu pernah aku sukai. Selama dua tahun ini aku terus menjaga hatiku agar tetap menjadikannya sebagai seorang yang pertama akan aku lamar nanti. Namun sepertinya harapan itu benar-benar kosong seperti apa yang dulu pernah dia katakan ketika dia masih terikat dalam nafas-nafas syaitan bersamaku. Sempat dia berkata”nanti pas kita tiga tahun ga bareng kamu gimana, jangan-jangan kamu bisa aja suka sama orang lain” dulu aku sempat memikirkan untuk tidak menjalin ketidak jelasan itu dengannya dan saat aku samapaikan niatanku untuk itu kata-kata itu yang dikatakannya hingga aku telalu lemah untuk melakukannya sampai aku mengurungkan niatanku itu. Kini benar adanya, ternyata apa yang ia khawatirkan adalah kekhawatiraan yang diciptakan anak cucu iblis yang menginginkan kami tetap bersama dalam syair-syair sesatnya. Sedang aku tidak bisa melepaskannya dari hatiku selama ini sepertinya aku terlalu mejadikannya harapanku. Sampai-sampai aku sendiri sadar sepertinya aku sedang manjadikannya tandingan bagi Allah. Apa yang aku lakukan selama ini dengan menjadikannya sebagai satu-satunya harapanku adalah kesalahan yang dulu tak pernah aku sadari. Apa yang aku lakukan semalam hanya sebuah tindakan bodoh seorang yang jauh dari Allah. Malam tadi aku melihat fotonya yang begitu bahagia, lain dengan diriku yang sejak kemarin iedul fitri malah lebih sering menjauhkan diri dari ibadah. Puncaknya malam tadi aku benar-benar menjadi seorang yang munafik. Tepat malam tadi sepertinya Allah ingin sekali memperihatkan kebodohanku dulu. Aku akui kini aku hanyalah seorang yang hampir tidak berharga sama sekali. Dari raut mukanya terihat tidak ada lagi beban yang dia rasakan seperti dulu ketika dekat denganku. Sungguh sepertinya dia akan lebih baik lagi ketika memang aku dulu tidak dekat dengannya. Aku yakin akan hal itu.
Seketika saja malam tadi aku menjadi seorang yang kalut dan apa yang aku lakukan hanya bersedih hati akan apa yang aku lihat. Padahal seharusnya aku bahagia karena dia tidak lagi merasa enggan dekat dengan seorang yang dulu ingin sekali dia jadikan sebagai seorang suami idamannya. Walau aku sendiri tidak begitu tahu apakah dia ini ingin menjadi seorang istri dari dia(seorang yang di foto itu) atau dia yang lain(seorang yang pernah juga dekat dengannya saat dulu di SMA). Yah untuk apalah aku memikirkan itu terlalu dalam,dalam hidupku. Tapi, nyatanya itu yang aku pikirkan semalam. Owh ya Rabb aku ini benar-benar sampah. Siapapun yang dia inginkan menjadi suaminya yang jelas bukan aku. Sedang aku sendiri terlalu sering berkhayal dalam lamunan yang terampau jauh ketika bisa menjadi suaminya. Padahal Umar ibn khatab menyatakn sesuatau yang menjadi sebab dunia ini menjdai tujuan utama hidup manusia salah satunya adalah hayalan yang tiada ujungnya. Aku tidak bisa mengerti padahal aku ini sudah mengetahui itu tapi terlalu sering aku melamunkannya. Sampai saat ini aku hanya bisa berkata dalam diriku “sudahlah toh dia bahagia dengan keadaannya sekarang ini tak usah kau pikirkan terlalu jauh. Ya sepertinya pikiran itu benar. Tapi dalam nafsuku menolak, aku ingin sekali menjadi yang terbaik baginya, dan akal sadarku mengatakan itu hal yang mustahil. Huft mau bagaimana lagi aku hanya bisa melihatnya melalui foto itu dan sudah sekian mingu aku tidak melihatnya langsung.
Sepertinya perasaanku sampai tadi malam terhadapnya masih sama, aku masih mengaguminya. Namun, pagi ini aku sudah meniatkan lain. Biar aku menjadi seorang yang tidak lagi terikat dengan dirinya sama sekali. Apapun caranya yang penting benar, baik dan memperbaiki keadaanku. Aku akan melakukannya sesulit apapun hal itu. Biarlah aku cukup melihatnya bahagia nantinya. Aku tak ingin hal ini benar-benar merusak apa yang aku sudah usahakan dari dahulu. Sama seperti hubunganku dengan Allah sempat aku rusak ketika aku dekat dengannya, dan aku rusak lagi saat pertama aku mengatakan akan jauh darinya dan benar-benar jadi jauh darinya. Apakah itu akan aku ulangi saat aku ini sedang dalam masa paling sakit hati ini dengannya. Aku sudah cukup jauh dengan Allah. Aku tidak mau lebih jauh lagi. Semakin menjadi saja panyakit menandingkan Allah dengan sesuatu yang tak pantas sama sekali ditandingkan denganNya. Sungguh aku tak ingin malam tadi terulang lagi dalam hidupku, sama sekali. Biar dia menjadi wanita paling cantik sedunia danmenjadi muslimah paling dihormati sekalipun. Mau sperti apa nantinya pasangannya, seorang hafidz bergelar S3 dan memiliki prusahaan dan pondok pesantren terbesar di Indonesia sekalipun, sekalipun ditambah dia menjadi ikhwan of the year versi majalah muslimah Indonesia aku takkan peduli lagi.
Wuh sepertinya banyak yang sangsi dengan apa yang aku niatkan ini, aku merasa ini begitu berat, tapi aku kan seorang yang selalu beruntung.
Malam tadi terasa sangat mengerikan bagiku. Betapa tidak,pikiranku dan semua apa yang aku lakukan benar-benar terkunci dalam perbuatan dosa dan teracuni banyak hal dan pola pikir yang di ajukan oleh syaitan laknatullah. Dan aku sendiri menyadari aku sudah masuk begitu dalam kepada apa yang di inginkan syaitan terhadap anak adam. Kini aku hanya mengeluh begitu saja tanpa melakukan perbuatan yang baik kecuali menulis berpuluh-puluh kata penyesalan. Sungguh aku memohon kepada Allah untuk melindungi aku dari perbuatan tadi malam. Sampai-sampai aku sempat berfikiran untuk menjadi seorang nashara karena itu. Karena aku merasa tidak lagi pantas menjadi seorang muslim karena pikiranku. Namun, dalam hatiku berkata memangnya kamu tidak takut yang namanya tempat tinggal hari akhir barsama dengan para nashara saat ini. Ya aku takut dan aku tetap memiih islam seagai jaan hidupku.
Kini setelah aku menjalani pgiku ini dengan betapa menyesalnya aku malam tadi yang hanya melampiaskan kesedihanku dalam ketidak taatanku terhadap Rabbku aku meniatkan hari ini adalah sekian dari awal yang baik bagi hidupku. Ya Allah ridloilah aku. Seperti engkau meridloi seorang Umar ibn Khatab yang selalu menangis setelah sholatnya karena mengubur anak perempuannya lalu tertawa setelahnya karena mengingat Tuhan yang ia sembah adalah buatannya sendiri. Dan yang mengiqab diri sendiri dengan mewakafkan separuh ladang kurmanya karena lalai tidak melaksanakan shalat Ashar berjamaah tanpa masbuk. Aku ingin menjadi hmbamu yang setia ya Rabb. Ijinkanlah ya Rabb semesta alam.
By penulis biasa

Komentar