Papan Catur Kehidupan
“Kita semua sedang bermain
catur, beberapa dari kita tidak memahami, beberapa dari kita adalah bidak,
beberapa yang lain adalah pemain, beberapa memiliki papan catur sendiri,
beberapa memiliki papan catur bersama, beberapa dari kita tidak pernah tahu
sampai mati bahwa kita bermain catur.”
Luki Subandi
Luki Subandi
“Dunia ini panggung sandiwara, mengapa kita bersandiwara?”
Ian Antono
disuarakan oleh Nicky Astria
“Kita semua sedang bersandiwara, dalangnya bisa banyak bisa Tuhan, bisa Tuan, bisa majikan, bisa istri, bisa siapapun, nah kalau dalam konsep kesyirikan dalang selain Allah maka syirik.”
“Kita semua sedang bersandiwara, dalangnya bisa banyak bisa Tuhan, bisa Tuan, bisa majikan, bisa istri, bisa siapapun, nah kalau dalam konsep kesyirikan dalang selain Allah maka syirik.”
Muslim Urakan
“Lebih jauh lagi daripada
itu marilah kita melihat keluar dan kedalam”
Mas Ganong
Seseharian tadi, saya benar
– benar merasa bahwa hidup ini memang sesuatu yang menarik, apa yang membuat
saya begitu tercengang dengan kehidupan mungkin bagi beberapa orang merupakan
hal yang sepele.
Eksistensi diri
Namun, sebelum kita masuk
topik yang menarik ini, saya akan coba menjabarkan satu maslah dasar dalam
hidup kita yang akan terus ada sampai akhir hidup kita nanti. Meski beberapa dari
kita berusaha mengelak darinya, atau tidak paham sama sekali, tetapi satu hal
ini memang masalah besar dalam hidup kita. Masalah eksistensi, benar, masalah
yang berhubungan dengan apa tujuan hidup kita di dunia. Apakah kita telah
melakukan hal yang benar dan baik, atau sebaaliknya, kita tidak melakukan
sesuatu di dalam hidup ini dengan seharusnya. Setiap kita yang ingin terus maju,
pasti akan mengalami satu masalah daasar kehidupan manusia mengenai eksistensi.
Seseorang yang tidak pernah mempertanyakan keberadaan hidupnya, kemungkinan
adalah manusia yang terlalu sibuk dengan hal yang (sebenarnya) tidak penting dengan
hidup mereka.
Maaf, jika topik eksistensi
ini akan menjadi bahasan yang panjang dan berbeda dengan judul yang saya
utarakan diatas. Menarik bagi saya, kemarin, beberapa waktu yang lalu, saya
bertemu dengan dua teman SMA saya, yang tujuannya biasa untuk ngopi - ngopi,
tetapi saya tidak begitu tertarik dengan topik yang remeh temeh (teman kerja
saya bilang aslinya ramah tamah kog malah berubah jadi remeh temeh). Sebenarnya ada beberapa topik yang dibahas
disana semisal masalah saya dengan seorang teman disana yang sedang perang
dingin, mengenai pekerjaan, penghasilan, usaha dan lain sebagainya. Saya disana
adalah sosok yang paling kerdil, masih kerja, dan gaji pas – pasan tidak
menarik untuk dibahas memang, dan uniknya memang salah satu teman saya memang
tidak tertarik dengan apa yang terjadi dalam hidup saya (bahkan sampai
mengatakan ketidak tertarikannya). Dia hanya tertarik jika ada proyek yang bisa
dikerjakan melalui perantara saya (ya tipikal manusia lah ga usah diambil
pusing). Tapi menariknya, saat saya membahas soal eksistensial, dengan
pertanyaan dasar apa tujuan hidup kita di dunia? Lalu teman saya bilang “dolanmu
kurang adoh, kancamu kurang akeh”. Sangat menggelitik memang, terasa pernyataan
ini benar adanya. Tetapi konyolnya saat temanku bercerita saat dia berlibur di
dubai, melihat orang barat mengantri dengan teratur terceletuk dari mulutnya “jan
nan, bayangna wong seakeh kuwe mlebu neraka kabeh, jan ngapa ngantri” owh God,
you slap this ummat in front of me. Lalu saya cuman menanyakan “memang udah
yakin masuk jannah mad?” seketika itu diam semua sejenak. Aku hanya menimpalkan
“pertanyaan eksistensi itu ada pada setiap orang” (ga perlu dolan adoh nek mung
pengin takon ngapa wong gelem – geleme ngantri). Masalah masuk neraka dan surga
memang ajaib, masalah eksistensi ada di kepala kita setiap dari kita baik yang
mengiyakan, memelihara tanpa sadar, membiarkannya liar, mematikannya,
mendhoifkannya, atau menolaknya. Ya setiap dari kita khawatir setelah mati kita
kemana, maka dari itu kita takut mati. Sudah ada di genetika kita, bahwa kita
takut mati.
Sebenarnya memang tidak
sopan, menyatakan tidak tertarik dengan orang lain didepannya langsung, tapi
lebih tidak sopan adalah membuat orang menjadi menjilat ludahnya sendiri,
setelah itu pembicaraan kami menjadi garing. Saya memang jago membuat orang
membenci saya. Dengan cara gaya bicara yang fundamental dan jujur, pasti anda
akan membuat orang lain menjadi marah, jengkel, sebel benci atau perasaan teriritasi
lainnya. Dan cara untuk menghindari itu gampang yaitu puji lawan bicara anda,
iyakan semua perkataannya, katakan anda tertarik dengan semua itu, buat antusiasme
tercipta. Saya sudah banyak membuktikan, tapi semua itu palsu, tidak menjadi
diri anda perlu pengorbanan. Jika sakit yang anda rasakan tidak sebanding
dengan keuntungan atau bakal keuntungan yang mungkin bisa anda dapatkan dari
sakit itu, saran saya jauhi saja, kesehatan mental anda lebih penting dari
semua itu.
Percaturan adalah permainan ego
Saya bukan seorang yang jago
bermain catur. Buktinya bermain dengan jago kelas waktu SMP saja saya mudah
untuk dikalahkan. Walau saya memang suka sekali bermain catur(dulu), tetapi
kesukaan saja tidak akan membuat anda menjadi seorang ekspert. Saya sepertinya
perlu berlatih lebih banyak bermain catur suatu hari nanti, dengan AI mungkin
lebih membantu. Tetapi satu yang saya dapatkan dari bermain catur adalah
permainan psikologi. Seorang pemain catur yang sangat mahir sudah bisa dipastikan
dalam dirinya tersimpan psikologi yang dahsyat, entah seorang yang sangat
egois, atau seorang yang sangat sabar, atau orang yang sangat teliti, yang
jelas kemampuan mentalnya lebih dari orang lain (yang dikalahkannya).
Sedang bagaimana kita bisa
memahami catur? Banyak sekali jenis permainan berpapan, ada yang benar – benar permainan
keterampilan (kecerdasan mental - emosional) seperti catur, igo, dam daman,
catur china (Xiang qi), atau bahkan caturnya jendral iroh (the last air bender)
pai sho. Namun, ada permainan papan lain yang juga bergantung pada
keberuntungan seperti monopoli, ular tangga, jumanji atau ludo. Dari dua jenis
permainan ini, kita sedang mengalami permainan gabungannya dalam hidup, yaitu
catur dengan banyak sekali variable yang ditentukan oleh keberuntungan dan
kesialan. Namun, mari kita lihat lebih jauh kepada cara kita berfikir dalam
bermain catur. Dalam permainan catur ini emosi kita dan nalar kita sangat
mempengaruhi keputusan yang kita ambil, dan pengalaman yang didasari pengetahuan
berkata jauh lebih dari pengetahuan belaka.
Begitu juga dengan hidup kita, Banyak langkah kita yang membuat kita harus berfikir apa keputusanku nanti tidak memberikan akibat yang meruntut dan membahayakan raja dalam hidupku? Apa keputusanku akan membuat semua luasan daerah terkepungku menjadi sangat sedikit. Serta seluruh keputusan kita sangat berpengaruh terhadap jalannya hidup orang lain. Dimana kita adalah bidak dalam papan catur mereka, dan mereka adalah bidak dalam papan catur kita. Kita adalah raja dan mereka adalah raja. Jika anda memahami bermain catur dalam kehidupan itulah kondisi yang akan anda hadapi. Tetapi, sangat banyak orang yang tidak menganggap diri mereka adalah raja, semisal yang menganggap bos mereka adalah rajanya, atau istri mereka, atau anak mereka, semua keputusan mereka sangat ditentukan oleh kondisi sang raja apakah sedang terancam atau tidak. Sedang bagiku? Itu rahasia. Tetapi bagi kalian yang sudah sering membaca tulisanku akan paham siapa raja dan ratu dalam hidupku.
Yang jelas hidup memang
sebuah panggung sandiwara, dan beberapa orang bisa menjadi dalang dalam
kehidupan orang lain, dengan membuat papan catur yang menarik sehingga banyak orang
mau menjadi bidak caturnya, tetapi ada orang yang hanya bisa bermain dalam
papan catur orang tanpa memiliki papan catur sendiri, merekalah para budak. Bagi
mereka yang kuat dalam beragama Tuhan merekalah raja mereka, dalang mereka,
tuan mereka. Bagi yang lain bisa lain hal, bisa uang, istri, teman, anak,
posisi, dan masih banyak yang lain.
Yang paling menyedihkan adalah
mereka yang tidak tahu sama sekali, bukan lagi tidak memahami cara bermain,
tetapi tidak tahu sama sekali mereka sedang bermain catur.
Yang unik adalah mereka
yang mengingkari mereka sedang bermain catur, merekalah para pendusta.
Ditulis di bandung 27
November 2018
Luki Subandi
Komentar