Kompetensi itu didapat dari ketrampilan yang terus digunakan
untuk mendapat manfaat sebesar-besarnya, manfaat belakaangan ini sering
diejawantahkan dalam bentuk untung dan peluang. Untung sering kali
diejawantahkan dalam bentuk uang, properti dan inventaris.
Sayang sangat sedikit sekali orang yang paham bahwa kompetensi
itu penggunaan ketrampilan atau keahlian untuk mendapatkan tujuan. sama seperti
saya setengah tahun yang lalu yang begitu semangat menumpuk pengetahuan tanpa
tahu bahwa itu semua hanya bentuk sampah diotak yang siap dibagikan kepada
orang lain.
Lalu banyak juga orang yang tidak tahu bagaimana mengubah
keahlian atau keterampilan menjadi bentuk kemanfaatan, atau sebut saja uang dan
kepemilikan. Perlu ada wadah untuk mengubah keterampilan ini menjadi uang.
Selain perlu wadah keahlian juga perlu usaha untuk berbuah kemanfaatan.
Berikutnya sangat banyak orang yang diam dan puas ketika menjadi
seorang ahli dalam satu bidang, dan menjadi sangat kompeten dalam bidang itu,
tanpa mau memahami bidang lain, tanpa mau mengasah kompetensinya dibidang lain.
Sehingga ianya terjebak menjadi orang yang terkurung sistem. Tidak sadar bahwa
dirinya memiliki kewenangan terbatas. Tidak jadi masalah jika orang tersebut
puas tanpa masalah. Namun, jika terjadi masalah maka orang tersebut hanya bsia
tertekan tanpa tahu jalan keluar.
Maka memang perlu untuk mengembangkan keterampilan dalam bidang
lain, tidak perlu menjadi seorang ahli, setidaknya tahu jika nantinya
membutuhkan kompetensi tertentu untuk berkembang.
Unik lagi sangat banyak orang yang mengumpulkan banyak sekali
keahlian tanpa bisa mengubahnya menjadi kebermanfaatan. Tanpa bisa mendapat
keuntungan dari keterampilannya tersebut. Maka orang-orang ini hanya bisa
menjadi komentator. Karena mulut mereka menyuarakan hati mereka yang terhimpit
ketidakmampuan bergerak.
Mundur kebebrapa langkah sebelum orang bisa menjadi terampil,
adalah memahami lebih jauh mengenai pengetahuan kita bisa atau tidak diterapkan
menjadi sebuah karya. Sebuah hasil dari kerja keras dalam meniru atau kerja
cerdas dalam berinovasi membuat baru. Karya yang terus dilakukan berulang
inilah yang nantinya menjadi sebuah keterampilan. sama seperti keterampilan
saya mengomentari dan menegasikan banyak pemikiran keluarga, teman dan kolega
saya. Saya sudah terampil menjadi pembantah secara alami. Namun, apakah
kemampuan saya dalam membantah ini memberi manfaat? dalam beberapa kasus iya
dan dalam kasus lainnya tidak. Saya baru paham hal ini belakangan tentunya.
Jika saya paham lebih awal tentu kawan, keluarga dan kolega saya sudah sangat
banyak.
Anda tentu menemui sangat banyak orang yang dia selama sekolah
sangat pandai, mengetahui banyak hal, sanagt mahir dalam memecahkan masalah
secara teoritis. namun, kenyataanya mereka terbengkalai dalam dunia nyata. Kasus
ini terjadi karena mereka tidak bisa melompat dari tahu menjadi paham, dari
paham menjadi terampil, atau belum paham konsep ini. Maka saya ingin membagi
pengetahuan ini dengan harapan anda mau membagi pengetahuan anda.
Ketika kita mundur lagi beberapa langkah kita menemukan banyak
orang yang tidak tahu mana pengetahuan yang bermanfaat dan mana yang tidak
bermanfaat. Bahkan saya sendiri dalam tingkat ini masih sering salah dalam
menentukan mana pengetahuan yang bermanfaat mana yang tidak bermanfaat. berangkat
dari sinilah kita sering salah dan sering gagal. Namun, dari kegagalan ini
penumpukan pengetahuan kita yang semakin dalam atas satu ilmu membuat kita
semakin tahu mana yang mungkin bermanfaat mana yang tidak. dari sinilah
seseorang perlu pengajar untuk memahami bahwa tidak semua ilmu kita butuhkan.
Dan lebih kejam lagi kebanyakan ilmu yang kita anggap remeh itu sebenarnya yang
memberi manfaat.
Mundur lebih jauh lagi ada lebih banyak orang yang tidak bisa
membedakan informasi yang benar dan informasi yang salah sehingga pengetahuan
mereka tidak bertambah. Atau ilmu yang mereka anggap benar itu ternyata salah.
Dalam tahap ini para ilmuwanlah yang bertanggung jawab penuh. Dalam tingkat ini
maka kelompok-kelompok pengkaji memiliki peran penting. Namun, sangat bodoh
jika kita berada dalam kelompok yang tidak mengetahui kebenaran tapi merasa
benar. Jauh lebih bodoh lagi kita berada dalam kelompok yang sudah benar
pengetahuannya, tetapi kita tidak bisa mendapat pengetahuan yang benar. Sama
dalam tahap ini saya juga sering mengalami hal ini. Ya, hal ini berkaitan
dengan naluri alami pembantah saya. Untung saya sadar sekarang. Sebenarnya jika
seseorang sudah memiliki kemampuan pembuktian yang benar maka lebih sering
seseorang akan mendapatkan pengetahuan yang benar daripada yang salah.
Pembuktian yang benar bisa anda dapatkan dari belajar matematika secara benar
dalam hal logika matematik dan dasar pembuktian sebuah hukum.
Sampai tingkat ini, manusia berdiri diantara pengetahuan yang
benar dan yang salah. Ketika pengetahuan yang ditimbun salah maka langkah
berikutnya akan menjadi semakin salah.
Mundur kepada langkah yang jauh lebih jauh pada pencarian data
pembentuk informasi. Pada tahap ini manusia akan sering salah dalam melakukan
pengumpulan data pembentuk informasi. Tapi tenang anda tidak perlu melakukan
hal ini secara rinci jika anda bukan peneliti, Karena sudah banyak informasi
yang disajikan banyak orang. Cukup anda lakukan pengecekan informasi ini valid
atau tidak. Tinggal tanya kepada orang yang sudah ahli, atau cari sendiri
sumbernya. itu pilihan anda. Tetapi andapun bisa melakukan pengesahan informasi
sembari anda menjalani hidup. Tentu orang-orang yang melakukan pengesahan
inilah orang yang memiliki wewenang yang lebih tinggi mengenai sebuah informasi
itu benar atau tidak. Akan tetapi tidak ada batasan anda ikut mengesahkan.
Tetapi ingat waktu anda sangat sedikit, hanya berkisar enam puluh sampai
delapan puluh tahun dikurangi waktu yang sudah anda pakai.
Jika anda memulai dari mencari data maka anda akan sangat
terluka dalam menjalani hidup. Tetapi jika data yang anda kumpukan dapat
memberi anda keuntungan kenapa tidak? iya kan? tentu dari data menjadi
informasi, dari informasi menjadi pengetahuan, dari pengetahuan menjadi
pemahaman, dari pemahaman menjadi keterampilan, dari keterampilan menjadi
kompetensi akan memakan banyak sekali kesalahan dan kegagalan. Tentu sangat
bijak jika anda belajar dari ahlinya, orang yang sudah sangat terampil dan
mahir mengubah keterampilannya menjadi kemanfaatan untuk menjadi sukses. tapi
ingat, Semua itu perlu dasar yang kokoh.
Banyak ahli atau orang yang berpura-pura menjdi ahli (seperti
saya) menyebarkan banyak pengetahuan yang entah benar entah tidak. Tetapi,
semua itu pilihan anda untuk memilih dan mencoba. Toh mulai dari tahu menjadi
kompeten, itu lebih banyak melakukan daripada memikirkan. Maka itu einstein
pernah berpesan "Genius is one percent inspiration ninetynine percent
perspiration".
Jika anda merasa saya perlu diingatkan silahkan ingatkan saya.
Bahkan saran dan kritik yang anda berikan jika memang baik bagi saya akan saya
jadikan pertimbangan dalam menjalani hidup saya.
Tapi, ingat gunakan keterampilan anda dalam berkomunikasi. Barangkali
saya bisa bermanfaat dalam hidup anda, anda tidak akan tahu hal tersebut sebelum
hal tersebut terjadi.
Smart Ass Learner
Komentar